A. PENDAHULUAN
Pandangan islam merumuskan tentang
kepemimpinana adalah seorang khalifah. Baik kepemimpinan dalam rumah tangga
maupun dalam organisasi atau kepala Negara. Dalam prinsip khalifah,manusia
diturunkan kedalam bumi untuk memimpin dan memelihara alam semesta ini. Dewasa ini Islam memiliki banyak
pandangan atau pendapat mengenai Kepemimpinan. Wacana kepemimpinan yang
berkembang ini, di awali setelah Rasulullah SAW wafat. Masyarakat Islam telah
terbagi-bagi kedalam banyak kelompok atau golongan. Kelompok-kelompok Islam ini
terkadang satu sama lain saling menyalahkan atau bahkan mengkafirkan.Perihal
mengenai kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu wacana yang selalu menarik
untuk didiskusikan. Wacana kepemimpinan dalam Islam ini sudah ada dan berkembang,
tepatnya pasca Rasulullah SAW wafat. Wacana kepemimpinan ini timbul karena
sudah tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat.Dalam
firman Allah SWT dikatakan bahwa Al-qur’an itu sudah bersifat final dan tidak
dapat diubah-ubah lagi. Sehingga Rasulullah SAW adalah pembawa risalah terakhir
dan penyempurna dari risalah-risalah sebelumnya.
Ketika Rasulullah SAW wafat,
berdasarkan fakta sejarah dalam Islam, Umat Islam terpecah belah akibat
perdebatan mengenai kepemimpinan dalam Islam, khususnya mengenai proses
pemilihan pemimpin dalam Islam dan siapa yang berhak atas kepemimpinan Islam. Sejarah
mencatat bahwa kepemimpinan Islam setelah Rasulullah SAW wafat dipimpin oleh
Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib, Muawiyah,
dan Bani Abbas. Setelah dinasti Abbasyiah kepemimpinan Islam terpecah pecah ke
dalam kesultan-kesultanan kecil.
Permasalahan kepemimpinan ini membuat Islam menjadi terfragmentasi dalam kelompok-kelompok, diantaranya yang terbesar adalah adanya kelompok Sunni dan Syiah. Kedua kelompok besar ini memiliki konsep dan pahaman kepemimpinan yang sangat jauh berbeda. Kedua kelompok ini memiliki dalil dan argumentasi yang sama-sama menggunakan sumber Islam yaitu Al-qur’an dan Sunnah.Kedua kelompok ini terkadang saling berseteru satu sama lain, dan juga ada yang sampai mengkafirkan satu sama lain. Kondisi ini sangatlah tidak sehat bagi perkembangan kaum muslimin, harusnya mereka dapat berargumentasi secara rasional dan logis. Sehingga kaum muslim dapat melihat dan menilai apakah proposisi-proposisi yang dikeluarkan merupakan suatu kebenaran atau tidak.
Pada dasarnya sejarah tak bersih dari peristiwa kelam. Sejarah setiap bangsa, dan pada dasarnya sejarah umat manusia, merupakan himpunan peristiwa menyenangkan dan tidak menyenangkan. Pasti begitu. Allah menciptakan manusia sedemikian sehingga manusia tidak bebas dari dosa. Perbedaan yang terjadi pada sejarah berbagai bangsa, komunitas dan agama terletak pada proporsi peristiwa menyenangkan dan tidak menyenangkan, bukan pada fakta bahwa mereka, hanya memiliki peristiwa menyenangkan saja atau tidak menyenangkan saja. Proses memahami sejarah tidak boleh berlandaskan suka atau tidak suka, dan juga harus siap menerima segala konsekuensi yang timbul setelah kita menelaah sejarah tersebut.
Permasalahan kepemimpinan ini membuat Islam menjadi terfragmentasi dalam kelompok-kelompok, diantaranya yang terbesar adalah adanya kelompok Sunni dan Syiah. Kedua kelompok besar ini memiliki konsep dan pahaman kepemimpinan yang sangat jauh berbeda. Kedua kelompok ini memiliki dalil dan argumentasi yang sama-sama menggunakan sumber Islam yaitu Al-qur’an dan Sunnah.Kedua kelompok ini terkadang saling berseteru satu sama lain, dan juga ada yang sampai mengkafirkan satu sama lain. Kondisi ini sangatlah tidak sehat bagi perkembangan kaum muslimin, harusnya mereka dapat berargumentasi secara rasional dan logis. Sehingga kaum muslim dapat melihat dan menilai apakah proposisi-proposisi yang dikeluarkan merupakan suatu kebenaran atau tidak.
Pada dasarnya sejarah tak bersih dari peristiwa kelam. Sejarah setiap bangsa, dan pada dasarnya sejarah umat manusia, merupakan himpunan peristiwa menyenangkan dan tidak menyenangkan. Pasti begitu. Allah menciptakan manusia sedemikian sehingga manusia tidak bebas dari dosa. Perbedaan yang terjadi pada sejarah berbagai bangsa, komunitas dan agama terletak pada proporsi peristiwa menyenangkan dan tidak menyenangkan, bukan pada fakta bahwa mereka, hanya memiliki peristiwa menyenangkan saja atau tidak menyenangkan saja. Proses memahami sejarah tidak boleh berlandaskan suka atau tidak suka, dan juga harus siap menerima segala konsekuensi yang timbul setelah kita menelaah sejarah tersebut.
Urusan
kepemimpinan atau imamah dalam Islam merupakan salah satu kewajiban agama di
antara kewajiban lainnya, sebab agama tidak mungkin tegak tanpa memiliki
pemimpin. Hal ini erat kaitannya dengan fitrah kejadian manusia, di mana setiap
pribadi satu dengan yang lainnya saling membutuhkan hingga melahirkan hubungan
interaksi di antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat atau bernegara.Dalam
sebuah hadis disebutkan: “Apabila berangkat dalam perjalanan tiga orang
maka hendaklah mengangkat salah seorang dari mereka menjadi pemimpin.”
(HR. Abu Dawud).
Demikianlah,
Allah dan Rasul-Nya telah menegaskan betapa pentingnya keberadaan seorang
pemimpin dalam suatu urusan. Bahkan disebutkan tiga orang saja yang akan
melaksanakan suatu tugas bersama dan untuk tujuan yang sama, hendaklah
mengangkat salah satu di antaranya sebagai pemimpin. Dengan adanya seorang
pemimpin, bila terjadi suatu perselisihan pendapat yang tidak bisa dipertemukan
lagi, maka keputusannya di tangan seorang pemimpin.Di hadis yang lain
Rasulullah Saw bersabda:
“Setiap
kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin itu bertanggung jawab atas yang
dipimpinnya.” (HR.
Bukhari-Muslim).Hanya, tingkatan kepemimpinan itu saja yang berbeda. Ada yang
memimpin dalam lingkup terkecil seperti keluarga hingga yang paling besar
seperti negara. Namun, di level mana pun seseorang memimpin, pasti ingin
menjadi pemimpin yang sukses dan ditaati.
Pemimpin yang sukses
adalah yang mampu memberikan perubahan yang lebih baik kepada yang dipimpinnya.
Perubahan yang dimaksud tidak hanya yang bersentuhan dengan perkara duniawi.
Justru yang lebih penting adalah perubahan yang berkaitan dengan urusan
ukhrawi. Karenanya, hikmah terbesar disyariatkannya kepemimpinan pada dasarnya
ialah menjaga kemaslahatan ukhrawi setiap orang.
Islam lalu
mengajarkan tentang prinsip-prinsip kepemimpinan yang islami. Paling tidak ada
dua hal penting. Pertama, bertakwa kepada Allah Swt. Ketakwaan seorang pemimpin
besar sekali manfaatnya dalam mengayomi masyarakat. Kepemimpinan yang dilandasi
dengan dasar takwa akan lahir suatu sistem masyarakat yang tidak mengenal
diskriminasi di antara mereka, sebab pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya
lebih merupakan sebagai pengabdian kepada masyarakat sekaligus dalam rangka
beribadah kepada Allah Swt.
Kedua, menjadikan kepemimpinan
sebagai amanah. Dalam Islam sesungguhnya kepemimpinan itu adalah amanah dari
Allah Swt, sehingga tidak saja harus dipertanggungjawabkan di dunia tetapi juga
di akhirat kelak.
Mengingat
kepemimpinan itu adalah amanat, maka untuk menduduki jabatan pimpinan haruslah
orang yang terpilih dalam suatu forum yang mempunyai kewenangan tunggal dan
yang lebih mampu dari yang lainnya, baik dari segi kepribadiannya maupun dari
segi kecakapannya. Menurut Islam, sangatlah tidak etis dan tidak bermoral orang
yang meminta-minta jabatan atau meminta posisi pimpinan. Rasulullah Saw sangat
tidak suka terhadap hal ini, karena pemimpin yang memperoleh posisinya dengan
cara semacam itu sangat sulit dipertanggungjawabkan kemungkinan berhasilnya
dalam memimpin.
Mencari pemimpin
dizaman sekarang ini sangatlah sulit sekali. Karena dizaman ini banyak orang
yang terbelenggu dengan sifat duniawi. Mereka memimpin bukan karena atas amanah
tetapi karena atas pangkat dan jabatan yang diperolehnya. Jabatan yang telah
diperoleh bukan hasil murni dari hati lubuki yang dalam. Tetapi dengan hasil
suapan uang yang diberikan kepada masyarakat agar memilih dia sebagai pemimpin.
Padahal rasulullah tidak mengajarkan hal-hal yang sedemikian itu. Apakah pantas
orang tersebut dijadikan sebagai seorang pemimpin? Dari awal saja sudah
melakukan yang namannya suap-menyuap,apalagi ketika sudah menjadi seorang
pemimpin,apakah seperti ini pemimpin negara kita?mari kita renungkan untuk hal
kepemimpinan di negara kita tercinta ini.
B. PEMBAHASAN
Kalau kita
bertanya tentang seperti apakah pemimpin yang baik itu,kita akan memperoleh
begitu banyak yang satu sama lain berebeda. Berbicara tentang
kepemimpinan,tidak bisa satu ukuran diterapkan untuk semuanya. Maka dari
itu,seorang pemimpin harus mempunyai beberapa syarat,diantaranya adalah:
a.
Berpegang teguh kepada syariat agama islam(Al-Qur’an dan
as-sunah)
Allah SWT berfirman dalam QS
An-Nisa’:59
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uäP (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºs ×öyz ß`|¡ômr&ur ¸xÍrù's? ÇÎÒÈ
Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.
Di dalam islam
seorang pemimpin juga harus taat kepada Allah dan Rasulnya.jika tidak taat
kepada allah janganlah jadiakan orang itu sebagai pemimpin kita.
b.
Mempunya jiwa kepemimpinan
Seorang pemimpin
harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat. Dan harus bisa merasakan atau
menghayati ketika menjadi seorang pemimpin. Dengan adanya penghayatan kita
terhadap kepemimpinan kita,kita tidak sengaja akan timbul karisma atau wibawa
kita.seoarnag pemimpin tidak harus keras yang penting adalah ketegasan.
c.
Bertanggung jawab
Sudah pasti bahwa
seorang pemimpin harus bertanggung jawab atas semua bawahanya,dari mulai yang
terkecil sampai yang terbesar. Hal yang terkecil biasa dilupakan,tetapi hal
yang terkecil itu bisa menjadi hal yang terbesar.
d.
Menyampaikan amanah dan menjaganya
Seorang pemimpin
ketika dipil jadi pemimpin bukan suatu hal yang membanggakan,tetapi itu adalah
suatu amanah yang diberikan kepada kita(pemimpin)dari rakyatnya untuk
melestarikan atau mengembakan suatu kelompok yang ada didalam kepemimpinan
tersebut dan itu benar-banar harus dijaga tidak boleh diselewengkan atau
dibalik arah(tidak sesuai yang diinginkan rakyatnya)
Sesuai dengan firman
Allah SWT dalam QS An-nisa’:58
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù't br& (#rxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $KÏèÏR /ä3ÝàÏèt ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿx #ZÅÁt/ ÇÎÑÈ
Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat.
Dan rasulullah SW
bersabda:
“sampaikanlah
amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu janganlah kamu megkhianati
orang yang mengkhianatimu”(HR.Ahmad)
e.
Sabar
Sabar merupakan
tubuh dari seorang pemimpin,karena dengan cobaan yang begitu banyak dari mulai
kritik,saran dan lain sebagainya yang di berikan kepada seorang pemimpin. Maka
dari itu sabar memang harus dimiliki oleh setiap pemimpin kita. Andai tidak
sabar dalam memimpin suatu negara atau organisasi,pasti negara atau organisasi
itu hancur.
f.
Mementingkan urusan agama dari pada politik
Banyak orang yang
terjebak dalam duniawi. Mereka lebih mementingkan harta benda dari pada
agamanya. Mengapa demikian? Banyak calon-calon lurah yang menyuap umtuk menjadi
pak lurah,ini saja masih dikalangan kecil apalagi pemilihan presiden yang
meliputi banyak warga. Tujuan mereka bukan untuk memajukkan suatu bangsa tetapi
mereka lebih mementingkan politik atau gaji tiap bulannya yang banyak,sehingga
kadang mereka terlena dan terbujuk rayuan setan,sehingga meninggalkan syariat
islam.
g.
Bersikap adil
Keadilan juga
menjadi syarat utama untuk menjadi seorang pemimpin. Jika pemimpin kita berat
sebelah pasti rakyat yang dipimpin oleh pemimpin itu akan mengadakan kampaye
atau demo besar-besaran karena merasa tidak diperhatikan padahal yang lain
diperhatikan.
Allah SWT berfirman
dalam QS Al-Maidah:8
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#qãYtB#uä
(#qçRqä.
úüÏBº§qs%
¬!
uä!#ypkà
ÅÝó¡É)ø9$$Î/
( wur
öNà6¨ZtBÌôft
ãb$t«oYx©
BQöqs%
#n?tã
wr&
(#qä9Ï÷ès?
4 (#qä9Ïôã$#
uqèd
Ü>tø%r&
3uqø)G=Ï9
( (#qà)¨?$#ur
©!$#
4 cÎ)
©!$#
7Î6yz
$yJÎ/
cqè=yJ÷ès?
ÇÑÈ
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan
janganlah sekali-kalii kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”
Di dalam
kepemimpinan kita juga tak lepas yang namanya wawasan. Wawasan perlu sekali
bagi seorang pemimpin. Tanpa adanya wawasan seorang pemimpin tidak bisa
mengelola ajudan-ajudanya. Wawasan juga harus diseimbangkan adanya gaya bahasa
dan penampilan. Digaya bahasa inilah pemimpin menunjukkan kelebihannya dengan
berbicara yang sopan,akurat dan dapat dimengerti oleh rakyatnya, penampilanpun
juga menghiasi seorang pemimpin. Jika seorang pemimpin itu berpakaian yang
rapi, maka akan terlihat gagah dan berwibawa.
C. Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar bernama
lengkap Abdullah bin Abi Kuhafah At-Tamimi. Nama kecilnya adalah Abdul Ka’bah.
Gelar Abu Bakar diberikan Rasulullah karena cepatnya dia masuk Islam
(assaabiquunal awwaluun, yakni golongan pertama yang masuk Islam). Sedang Ash
Shiddiq yang berarti ‘amat membenarkan’ adalah gelar yang diberikan kepadanya
lantaran ia segera membenarkan Rasulullah SAW dalam berbagai peristiwa.
Dari garis kedua orang tua,
Usman bin Amir bin Amr bin Sa’ad bin Taim bin Murra bin Ka’ab bin Lu’ayy bin
Talib bin Fihr bin Nadr bin Malik (ayah), dan Ummu Khair Salama binti Skhar
(suku Quraisy) terlihat, Abu Bakar termasuk dari suku terhormat, yakni suku
Taim (ayah) dan Quraisy (ibu). Kedua suku ini banyak melahirkan orang besar.
Sejak kecil, Abu
Bakar dikenal sebagai anak yang cerdas, sabar, jujur dan lembut. Ia menjadi
sahabat Nabi SAW sejak keduanya masih usia remaja. Karena sifatnya yang mulia
itu, ia banyak disenangi dan disegani oleh masyarakat sekitar, juga lawan
maupun kawan saat memperjuangkan Islam. Abu Bakar yang juga mahir dalam ilmu
hisab itu, dikenal mempunyai kedudukan istimewa di sisi Nabi SAW. Bahkan salah
satu putrinya, yakni ‘Aisyah Ra, kemudian dinikahi Rasulullah.
Secara universal,
sesungguhnya prototipe Abu Bakar mungkin dapat digolongkan sebagai pejuang
Islam yang sejak awal konsisten membela kaum tertindas, tak pandang bulu.
Seperti dikutip Jamil Ahmed dalam Seratus Muslim Terkemuka, Abu Bakar tak
pernah absen dalam setiap pertempuran menegakkan kebenaran dan menumpas
penindasan. Perjuangannya itu semakin berat sejak dirinya dipilih sebagai
khalifah, menggantikan Rasulullah yang wafat pada 632 M. Ketika itu, wilayah
kekuasaan Islam hampir meliputi seluruh semenanjung Arabia, dan terdiri
berbagai suku.
Terpilihnya Abu Bakar yang juga disepakati kalangan sahabat itu dinilai
tepat saat negara dalam kondisi tak menentu. Dalam pidato baiat yang dilakukan
di Masjid Nabawi, Madinah, Abu Bakar antara lain menyatakan, "Saya telah terpilih
menjadipemimpin kamu sekalian meskipun saya bukan orang yang terbaik di antara
kalian. Karenaitu, bantulah saya seandainya saya berada di jalan yang benar dan
bimbinglah sayaseandainya saya berbuat salah. Kebenaran adalah kepercayaan dan
kebohongan adalahpengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian menjadi kuat
dalam pandangan sayahingga saya menjamin hak-haknya seandainya Allah
menghendaki dan orang yang kuat diantara kalian adalah lemah dalam pandangan
saya hingga saya dapat merebut hak daripadanya. Taatilah saya selama saya
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila sayamendurhakai Allah dan Rasul-Nya,
janganlah ikuti saya".
Sebagai pemimpin,
kedermawanan dan solidaritas kemanusiaannya terhadap sesama tak diragukan lagi.
Ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, kekayaannya mencapai 40.000 dirham,
nilai yang sangat besar saat itu. Kekayaan itu seluruhnya didedikasikan bagi
perjuangan Islam. Soal ini, sejarawan Kristen Mesir, Jurji Zeidan, punya
komentar menarik. Katanya, “Zaman khalifah-khalifah yang alim adalah merupakan
keemasan Islam.
Khalifah-khalifah
itu terkenal karena kesederhanaan, kejujuran, kealiman, dan keadilannya. Ketika
Abu Bakar masuk Islam, ia memiliki 40.000 dirham, jumlah yang sangat besar
waktu itu, akan tetapi ia habiskan semua, termasuk uang yang diperolehnya dari
perdagangan demi memajukan agama Islam.Ketika wafat, tidaklah ia mempunyai
apa-apa kecuali uang satu dinar. Ia biasa jalan kaki ke rumahnya maupun
kantornya. Jarang terlihat dia menunggang kuda…”Keikhlasannya yang luar biasa
demi kemakmuran rakyat dan agamanya itu, kata Jurji, sampai-sampai menjelang
wafatnya, Abu Bakar memerintahkan keluarganya untuk menjual sebidang tanah
miliknya dan hasilnya dikembalikan ke masyarakat sebesar jumlah uang yang telah
ia ambil dari rakyatnya itu sebagai honorarium, dan selebihnya agar diberikan
kepada Baitulmal wat Tamwil, lembaga keuangan negara.
Di medan pertempuran, sang khalifah abu bakar as-sidiq juga mengajarkan
bagaimana berperang yang baik. Sepuluh pesan yang kerap disampaikan khalifah
yang wafat pada 13 H, dalam usia 63 tahun itu, ketika hendak melepas pasukannya
ke medan perang adalah: “Jangan berkhianat, jangan berlebih-lebihan, jangan
menipu (berbuat makar), jangan membunuh lawan dengan cara-cara sadis, jangan
membunuh anak-anak, lelaki lanjut usia, dan wanita. Juga jangan menebang
pohon-pohon kurma yang sedang berbuah, jangan melakukan pembakaran, jangan
menyembelih domba, sapi, dan unta kecuali hanya untuk sekadar kebutuhan makan
dagingnya. Nanti kalian akan berjumpa dengan orang-orang yang bertapa dalam
biara, maka biarkanlah mereka dan jangan mengusiknya.Sosok Abu Bakar yang
memang memiliki sifat-sifat yang sama seperti Rasulullah, di antaranya amanah,
tablig (menyampaikan), fathanah (cerdas), teguh pendirian dan taat beragama,
rendah diri dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain.
D. Masalah Terdahulu
dengan Masalah Sekarang
Jasad Tercinta nabi muhammad belum
pula dikuburkan. Muslimin masih berkumpul di Aula Bani Tsaqif untuk menentukan
siapa pemimpin Umat Islam setelah Sang Nabi kembali kepada rabb-nya. Suasana
Madinah begitu tegang dan mencekam. salah langkah akan berakibat fatal bagi
Agama dan Daulah yang masih seumur jagung ini. Namun Allah melindungi Umat ini
dari perpecahan dini dengan terpilihnya sahabat terdekat Sang Nabi, Abu Bakar
sebagai Khalifah setelah beliau.
Menjadi Khalifah bukan tugas yang mudah, permasalahan pelik
sedang menanti. Tentara Romawi bersiap untuk menyerang, sedangkan beberapa
kabilah Arab ada yang kembali kepada agama nenek moyang mereka dan ada
pula yang menolak membayar zakat harta. hal itu ditambah lagi dengan munculnya
para pendusta yang mengaku sebagai nabi. belum lagi, orang - orang munafik yang
senantiasa memecahbelah islam dan menanti waktu yang tepat untuk menghancurkan
islam dari dalam, menjadi musuh dalam selimut. Namun perlahan, tapi pasti semua
masalah itu beliau hadapi dengan tegas dan bijaksana. Beliau mengutus kembali
Usamah bin Zaid bin Haritsah untuk memimpin pasukan Islam menghadapi tentara
Romawi. begitu pula dengan Kabilah Arab murtad dan membangkang untuk membayar
zakat. satu persatu diselesaikan dengan tegas dan bijaksana. ada yang bertaubat
dan kembali menjadi muslim, namun banyak pula yang tetap kepada kepercayaan
mereka sehingga peperangan pun tak dapat dihindarkan.
Namun masalah yang paling krusial adalah menghadapi Sang
Pendusta Musailamah yang mengaku bahwa dia adalah nabi setelah Muhammad SAW.
ajakan dan seruan untuk bertaubat tak diindahkan, sehingga Perang Yamamah tak
dapat dihindari. meskipun peperangan ini dimenangkan oleh umat islam yang
ditandainya dengan tewasnya Sang Nabi Palsu ditangan Wahsy, namun Umat Islam
mengalami kerugian sangat besar dengan syahid-nya ratusan penghapal Al-Qur’an.
hal ini yang menyebabkan pengumpulan Al-Quran pada satu mushaf atas inisiatif
Umar r.a.
Usia pemerintahan Abu Bakar hanya singkat, dua setengah
tahun. namun dengan waktu singkat tersebut. beliau berhasil menjaga stabilitas
negara dari gangguan Romawi serta menjaga akidah islam dari ajaran - ajaran
sesat yang dibawa oleh Musailamah.
Indonesia memiliki masalah yang hampir serupa dengan yang
dialami Abu Bakar pada masa pemerintahannya. selain kemiskinan, korupsi serta
permainan politik yang terjadi di Indonesia, munculnya nabi palsu beserta
ajaran sesatnya semakin menambah suram kehidupan negara yang - katanya - kaya
akan sumber daya alam ini. parahnya, semua permasalahan ini berlarut - larut
tanpa ada penyelesain yang tegas dari pemerintah. Presiden sibuk dengan isu
reshaffle kabinetnya. Anggota DPR yang - katanya - merupakan wakil kita di
dewan malah asik sibuk membahas bagaimana bisa membangun Gedung Mewah di atas
gubuk - gubuk rakyatnya, di atas penderitaan rakyat yang - katanya lagi adalah orang - orang yang mereka perjuangkan
hak - hak mereka melalui parlemen. Tingkat
kemiskinan semakin hari semakin bertambah. korupsi jalan terus, ditambah
lagi dengan adanya aliran NII yang sama seperti terdahulu waktu zaman sahabat.
Semoga pemimpin kita yang di indonesia ini dapat menghendel dengan baik dan
semoga tidak ada pertumpahan darah secara terang – terangan.
E.
Meneladani Sifat Abu Bakar Ash Shiddiq
sifat – sifat abu bakar sangatlah bisa jadikan sebagai suri
tauladan yang baik baik kehidupan kita,diantaranya:
1.
Adil
Dalam sifat keadilannya, beliau sangatlah adil dalam
berbagai masalah.baik masalah sandang ,pangan maupun membina rakyatnya. Abu
bakar tidak bersifat deskriminasi terhadap salah satu rakyatnya.
2.
Keikhlasan
Keikhlasannya
yang luar biasa demi kemakmuran rakyat dan agamanya itu,sampai-sampai menjelang
wafatnya, Abu Bakar memerintahkan keluarganya untuk menjual sebidang tanah
miliknya dan hasilnya dikembalikan ke masyarakat sebesar jumlah uang yang telah
ia ambil dari rakyatnya itu sebagai honorarium, dan selebihnya agar diberikan
kepada Baitulmal wat Tamwil, lembaga keuangan negaraTeguh
pendiriannya
3.
Tegas
Ketegasan beliau sangatlah bagus sekali. Beliau jika
mengambil keputusan sangatlah tepat sekali. Ketegasan beliau juga terlihat
ketika membasmi atau menghilangan pemberontak-pemberontak islam dan mengaku
sebagai nabi. Disinilah beliau menegaskan dengan cara perang.
Masih
banyak sifat – sifat Abu Bakar yang harus kita ambil hikmahnya. Dari kisah
ninilah marilah kita semua sadar dengan betapa pentingnya sifat – sifat
sabar,ikhlas dan lain sebagainya,karena dengan sifat inilah kita bisa
mengembangkan atau memajukkan agama islam di dunia ini.
Sekarang, bagaimana dengan
kita? Apakah kita juga harus mencontoh apa adanya sikap dan kepribadian Abu
Bakar tersebut. Tentu tidak demikian, karena situasi dan kondisi sejarah
sangatlah jauh berbeda dengan zaman khalifah Abu Bakar. Namun demikian, paling
tidak kita harus mencontoh kesederhanaannya sebagai seorang pemimpin, tak
sewenang-wenang, jauh dari gaya hidup mewah, tiada angkuh dan tidak sombong.
F. kesimpulan
a.
Seorang
pemimpin haruslah punya kemampuan dan keberanian untuk menentukan, meneruskan
serta melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan dan perhitungannya sendiri.
Seorang muslim yang smart atau pandai harus memiliki sikap tegas dalam
menghadapi setiap masalah. Dan jangan terpengaruh dengan orang lain atau berada
dalam tekanan pihak lain. Setiap keputusan haruslah sebuah keputusan yang sudah
melewati sebuah persetujuan bersama, dan keluar dari hati yang bersih.
b.
Pemimpin
merupakan anggota dari suatu perkumpulan yang diberi kedudukan atau wewenang
tertentu dan diharapkan dapat bertindak sebagaimana semestinya yang telah
diamanahkan.
c.
Pemimpin
merupakan suatu organ tubuh yang diibaratkan sebagai otak. Jika otak ini
berprilaku baik(akhlakul kharimah) maka warga atau organisasi yang dipimpinnya
akan berjalan dengan baik. Lebih-lebih dalam kepemimpinan itu,seorang pemimpin
menggunakan as-sunnah dan al-qur’an sebagai lanadasan atau pedoman untuk
menegakkan hukum yang ada di negaranya atau di suatu kepemimpinannya.
d.
Hubungannya
konsep kepemimpinsn dalam islam ini tak bisa lepas dari zaman kepemimpinan pada
masa rasulullah SAW atau zaman klassik terdahulu yaitu khulafaurriosidin. Krena
pada masa itu kepemimpinannya dapat dijadikan sebagai teladan kepemimpinan di
era modern saat ini
e.
Syarat
– syarat menjuadi seorang pemimpin
·
Berpegang
teguh kepada syariat agama islam(Al-Qur’an dan Hadist)
·
Mempunyai
jiwa kepemimpinan
·
Bertanggung
jawab
·
Menyampaikan
amanah dan menjaganya
·
Sabar
·
Mementingkan
urusan agama dari pada politik
·
Bersikap
adil
f.
Dalam
konsep islam pemilihan pemimpin melalui suatu forum atau secara musyawarah.
Pemimpin yang sudah terpilih harus ditaati oleh warganya atau rakyatnya selama
tidak menyeleweng dengan ajaran islam.
1 komentar:
Bandar Bola Dengan Pasaran Terbaik Indonesia Hadir Dalam Android, Iphone, dan Laptop
Tersedia Pasaran Sbobet - Maxbet - 368Bet
Bonus Deposit Pertama 10% / Cashback 5% - 10%
Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website www. bolavita .fun
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
BBM: BOLAVITA
WA: +628122222995
https://bolavitasport.news/2019/02/18/prediksi-bola-chelsea-vs-manchester-united-19-februari-2019/
https://www.judisabungayam.co/jadwal-pertandingan-sv388-kungfuchicken-online-19-februari-2019
Posting Komentar